Manfaat Pembelajaran Sosial Emosional (SEL): Studi Yale Ungkap Peningkatan Akademik

Siswa sekolah dasar dari berbagai latar belakang bekerjasama dalam kegiatan pembelajaran sosial emosional, menunjukkan kebersamaan dan kegembiraan.

Pembelajaran Sosial Emosional, atau yang sering kita kenal dengan singkatan SEL, adalah sebuah pendekatan di mana siswa diajarkan keterampilan penting seperti cara mendengarkan orang lain meskipun berbeda pendapat, atau bagaimana menenangkan diri saat merasa cemas sebelum ujian. Keterampilan ini, yang kadang disebut soft skill, menjadi perbincangan hangat dan bahkan perdebatan di berbagai kalangan. Beberapa pihak konservatif menganggap SEL sebagai upaya untuk memengaruhi pola pikir siswa, sementara yang lain merasa bahwa pelajaran ini harus lebih mendalam, mencakup isu-isu keadilan sosial. Namun, di tengah riuhnya perdebatan ini, para peneliti terus berupaya mengumpulkan bukti konkret tentang apa sebenarnya yang bisa diberikan program SEL berkualitas tinggi kepada siswa.

Sebuah studi terbaru dari peneliti di Universitas Yale telah merangkum bukti selama 12 tahun, yaitu dari tahun 2008 hingga 2020. Studi ini menganalisis 30 program SEL yang berbeda, yang semuanya telah melalui 40 evaluasi ketat melibatkan hampir 34.000 siswa. Hasilnya menunjukkan bahwa program-program SEL ini cenderung menghasilkan manfaat akademik yang "moderat". Dalam meta-analisis yang dipublikasikan di jurnal Review of Educational Research, ditemukan bahwa nilai dan skor tes siswa yang mengikuti kelas SEL meningkat sekitar 4 poin persentil secara rata-rata, dibandingkan dengan siswa yang tidak menerima pelajaran keterampilan sosial ini. Ini setara dengan peningkatan dari persentil ke-50 menjadi ke-54.

Menariknya, peningkatan dalam kemampuan membaca (lebih dari 6 poin persentil) lebih besar daripada kemampuan matematika (kurang dari 4 poin persentil). Selain itu, program SEL dengan durasi yang lebih panjang, yaitu lebih dari empat bulan, menghasilkan peningkatan akademik dua kali lipat, mencapai lebih dari 8 poin persentil. Menurut Christina Cipriano, salah satu penulis studi dan profesor di Pusat Studi Anak Sekolah Kedokteran Yale, intervensi SEL memang tidak dirancang secara eksplisit untuk meningkatkan prestasi akademik. Namun, penelitian mereka menunjukkan bahwa SEL yang terstruktur berhasil meningkatkan pencapaian akademik, baik dalam nilai rata-rata (IPK) maupun skor tes.

Lalu, mengapa SEL bisa membantu prestasi akademik? Cipriano menjelaskan bahwa regulasi emosi adalah kuncinya. Jika seorang anak merasa tidak aman, cemas, stres, frustrasi, atau malu, mereka tidak akan siap untuk menerima pelajaran, sebagus apa pun guru atau kurikulumnya. Program SEL yang efektif membekali siswa dengan alat untuk mengatasi situasi penuh tekanan. Bayangkan saat ada kuis mendadak, seorang siswa bisa mengenali, "Saya merasa gugup, darah mengalir cepat ke tangan atau wajah saya," dan kemudian menggunakan strategi seperti berhitung sampai 10, mengingat apa yang sudah diketahui, serta melakukan afirmasi positif untuk menenangkan diri agar bisa fokus mengerjakan kuis.

Bukti paling kuat untuk efektivitas SEL ditemukan di sekolah dasar, tempat mayoritas evaluasi dilakukan. Untuk siswa yang lebih muda, pelajaran SEL cenderung singkat namun sering, misalnya 10 menit setiap hari. Sementara itu, untuk jenjang SMP dan SMA, penelitiannya masih belum sebanyak di SD. Biasanya, siswa pra-remaja dan remaja mendapatkan sesi yang lebih jarang namun lebih lama, bisa setengah jam atau bahkan 90 menit, setiap minggu atau setiap bulan. Cipriano menegaskan bahwa sekolah tidak perlu menghabiskan "berjam-jam" untuk pengajaran sosial emosional demi melihat manfaat akademis. Bahkan, ada tren untuk mengintegrasikan SEL ke dalam pelajaran akademis, seperti bagian dari pelajaran matematika, meskipun cara ini belum dievaluasi dalam studi tersebut.

Bagi sekolah dan orang tua, penting untuk bersikap bijak. Pasar program SEL sangat besar, dengan nilai miliaran dolar setiap tahunnya. Namun, tidak semua program SEL efektif atau bisa menghasilkan manfaat akademik seperti yang ditemukan studi Yale. Cipriano menyarankan sekolah untuk tidak mudah terpikat oleh pemasaran yang menarik. Banyak program efektif yang bahkan tidak memiliki pemasaran mewah, dan beberapa di antaranya gratis. Sekolah sebaiknya bertanya tentang keterampilan spesifik yang ingin dikembangkan oleh program SEL, apakah keterampilan tersebut sejalan dengan tujuan sekolah (misalnya, meningkatkan iklim sekolah), dan apakah program tersebut sudah dievaluasi secara eksternal. Cipriano juga menyediakan situs web improvingstudentoutcomes.org sebagai sumber informasi terkini mengenai efektivitas SEL.

Orang tua juga punya peran penting. Cipriano menekankan bahwa orang tua harus menjadi mitra dalam pembelajaran. Dengan menanyakan apa yang dipelajari anak di sekolah, orang tua bisa lebih memahami dan mendukung. Studi ini menunjukkan bahwa emosi, interaksi sosial, dan akademik saling terkait erat. Jadi, sebelum mengkritik semua program SEL, mari kita bersama-sama mempertimbangkan bukti yang ada.

Next Post
No Comment
Add Comment
comment url
sr7themes.eu.org