Kualifikasi Guru: Kunci Sukses Program Dual Enrollment di SMA
Pernah dengar soal program dual enrollment atau yang sering kita sebut kuliah dini? Ini adalah kesempatan emas buat para siswa SMA di mana mereka bisa ikut kelas-kelas yang memberikan kredit perkuliahan, bahkan saat masih pakai seragam sekolah. Bayangkan, kamu bisa menghemat biaya kuliah ribuan dolar dan dapat 'start' lebih awal untuk cita-cita karirmu. Di Wisconsin, misalnya, kelas di laboratorium otomotif sebuah SMA kini memberikan lima kredit gratis dari Madison College. Ini keren banget, kan?
Sayangnya, program program dual enrollment yang manfaatnya besar ini menghadapi kendala yang cukup serius: kekurangan guru dengan kualifikasi yang memadai. Untuk bisa mengajar mata pelajaran tingkat perkuliahan di SMA, guru-guru tersebut harus punya standar kualifikasi setara dosen kampus. Kadang, mereka butuh gelar master dan minimal 18 kredit pascasarjana di bidang yang diajarkan. Nah, ini yang bikin repot. Banyak guru veteran yang sudah punya pengalaman mumpuni, tetap harus kembali kuliah lagi.
Kondisi ini membuat banyak siswa, terutama yang berasal dari daerah kurang mampu atau sekolah dengan fasilitas terbatas, jadi kehilangan kesempatan. Mereka yang paling butuh akses ke pendidikan tinggi yang lebih terjangkau, malah yang paling sulit mendapatkannya. Mengapa guru enggan kembali kuliah? Selain butuh waktu dan tenaga, insentif finansialnya pun minim. Coba bayangkan, sudah capek-capek kuliah lagi, tapi gaji atau tunjangan tambahan yang didapat tidak sebanding. Bahkan, ada yang cuma dapat tambahan $50 setahun untuk mengajar mata kuliah tingkat lanjut!
Pemerintah Wisconsin sebenarnya sudah mencoba membantu dengan menyediakan program hibah untuk biaya kuliah pascasarjana guru, namun dana ratusan ribu dolar sering tidak terpakai. Banyak guru merasa tidak tertarik karena prosesnya yang panjang dan tidak adanya jaminan pengembalian biaya di awal. Mereka sudah sangat sibuk dengan tugas mengajar, melatih ekstrakurikuler, dan berbagai kegiatan lain di sekolah.
Ada perdebatan juga soal apakah kualifikasi ketat ini memang mutlak diperlukan. Beberapa pihak percaya bahwa kemampuan mengajar siswa SMA dengan materi perkuliahan butuh keahlian unik yang memadukan pedagogi sekolah menengah dan perguruan tinggi, yang mungkin tidak hanya diukur dari jumlah kredit pascasarjana. Tapi, satu hal yang pasti, meskipun banyak tantangan, para guru tetap bersemangat. Mereka melakukan ini karena "ini baik untuk anak-anak," seperti kata Miles Tokheim, seorang guru otomotif. Dedikasi para guru memang luar biasa, dan mereka adalah kunci utama dalam memastikan lebih banyak siswa bisa merasakan manfaat dari program dual enrollment.