AI di Sekolah: Stop Larangan, Terapkan Pendekatan Harm Reduction
Pernahkah kamu berpikir, melarang penggunaan kecerdasan buatan atau AI di sekolah itu efektif? Nyatanya, banyak guru merasa larangan saja tidak cukup. Mereka butuh panduan, sebuah filosofi yang bisa membantu para pendidik berpikir kritis tentang bagaimana menggunakan alat-alat canggih ini. Ini bukan cuma opini segelintir orang, lho, tapi hasil riset EdSurge yang mengumpulkan pandangan guru-guru dari berbagai daerah.
Bayangkan saja, kalau kita bilang "jangan lakukan ini" kepada anak-anak, seringkali justru itulah yang mereka lakukan. Sama halnya dengan AI. Sekeras apa pun larangan diberlakukan di perangkat sekolah, siswa tetap bisa mengaksesnya di rumah melalui ponsel atau tablet mereka. Artinya, pembatasan total justru bisa menciptakan kondisi untuk penyalahgunaan karena siswa tidak dibekali pemahaman cara menggunakan AI yang benar.
Nah, di sinilah konsep "harm reduction" atau pengurangan dampak buruk masuk. Pendekatan ini mengakui bahwa AI itu sudah ada dan tidak bisa dihindari keberadaannya di dunia pendidikan. Daripada melarang, kita justru membekali siswa dengan perangkat etika dan pengetahuan agar mereka bisa berinteraksi dengan AI secara bertanggung jawab. Ini mirip dengan pendekatan di bidang kesehatan masyarakat yang berhasil mengatasi isu-isu kompleks.
Ada tiga prinsip utama harm reduction yang bisa kita terapkan di lingkungan sekolah:
- Sistem: Transparansi Penggunaan AI. Sekolah perlu terbuka tentang bagaimana AI terintegrasi dalam alat yang digunakan sehari-hari. Ini tentang kejujuran dan mengakui bahwa AI sudah jadi bagian dari ekosistem kita, baik itu dalam pengembangan materi ajar atau tugas siswa. Dengan begitu, guru dan siswa bisa belajar tentang AI tanpa merasa sembunyi-sembunyi.
- Pedagogi: Pembelajaran Kolaboratif. Integrasi AI bukan sekadar aturan kepatuhan, melainkan proses belajar bersama. Guru dan siswa bisa berkolaborasi, mencoba pilot proyek kecil, dan berbagi pengalaman. AI di sini berfungsi sebagai alat kreatif yang mendukung pengajaran, bukan menggantikan peran guru. Ini tentang membangun kapasitas guru dan siswa dalam memanfaatkan teknologi pendidikan secara bijak.
- Komunitas: Aturan Kontekstual. Setiap komunitas sekolah punya kebutuhan yang berbeda. Aturan main untuk TK tentu tidak sama dengan siswa SMA. Harm reduction paling efektif jika disesuaikan dengan nilai-nilai lokal dan perkembangan siswa. Libatkan guru, orang tua, dan siswa dalam merancang norma penggunaan AI, sehingga tercipta lingkungan yang aman sekaligus menarik untuk belajar.
Dengan menerapkan harm reduction, kita tidak lantas mengabaikan standar etika. Justru kita mendefinisikan ulang integritas di era digital ini. Pendekatan ini membantu kita menghadapi revolusi industri terbaru dengan jujur, peduli, dan rasa ingin tahu, membimbing siswa untuk belajar dengan AI, bukan hanya dari AI, sehingga mereka bisa menjelaskan mengapa hal itu penting.