Dukung Anak Tanpa Rumah: Peran Guru dan Orang Tua di Sekolah

Seorang guru dengan penuh perhatian berbicara dengan seorang anak di kelas, menunjukkan dukungan dan kepedulian di tengah tantangan yang mungkin dihadapinya.

Saat sebagian besar anak sibuk dengan pelajaran dan bermain di sekolah, puluhan ribu anak di berbagai tempat, termasuk California, setiap hari memikul beban tersembunyi berupa ketidakpastian tempat tinggal. Ini adalah kenyataan yang seringkali tidak terlihat oleh mata telanjang, namun sangat memengaruhi cara mereka belajar dan berinteraksi.

Di organisasi yang fokus pada penyediaan tempat tinggal sementara, anak-anak menempati seperlima dari jumlah penghuni. Kami sering bertemu anak-anak SD yang tertidur di kelas, remaja yang terbebani tanggung jawab orang dewasa, dan anak-anak dari segala usia yang kebingungan karena perubahan mendadak dalam hidup mereka. Penting untuk diingat bahwa sekitar 4% siswa di California yang mengalami tunawisma menghadapi kurangnya rasa aman dan konsistensi, yang sangat memengaruhi bagaimana mereka hadir, belajar, dan berinteraksi di sekolah.

Kami bertemu keluarga-keluarga di masa-masa tersulit dalam hidup mereka dan menghubungkan mereka dengan perumahan serta layanan yang berpusat pada manusia. Tujuannya sederhana: membuat pengalaman tunawisma menjadi langka, singkat, dan tidak berulang. Angka tunawisma keluarga di California meningkat 39% antara 2023 dan 2024, membuat upaya ini semakin mendesak. Meskipun lebih dari 80% keluarga yang kami layani berhasil pindah ke perumahan permanen, dampak emosional pada anak-anak tidak dapat disangkal. Anak-anak memikul beban dengan cara yang tidak selalu terlihat, dan seringkali, mereka bergerak di lingkungan sekolah dan sosial di mana sedikit yang memahami apa yang mereka hadapi.

Orang dewasa yang mereka temui dalam hidup, seperti guru dan orang tua siswa lain, dapat membantu meringankan beban ini—atau justru membuatnya semakin berat. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan:

Untuk para guru: Terima kasih atas perhatian dan energi yang Anda bawa ke kelas, seringkali dengan sumber daya terbatas. Setiap pagi ketika Anda memasuki kelas, ingatlah: Anak-anak yang mengalami tunawisma mungkin tidak "terlihat" sebagai tunawisma. Mereka mungkin tetap tersenyum, atau mereka mungkin tampak lelah, terganggu, atau menarik diri. Itu bukan berarti mereka tidak peduli. Itu berarti mereka berusaha untuk bertahan hidup. Prediktabilitas dan ketenangan sangat membantu. Mulailah setiap hari dengan rutinitas yang konsisten. Tawarkan pemeriksaan kondisi secara lembut. Bangun kepercayaan. Ciptakan cara-cara berpartisipasi yang berisiko rendah. Seorang anak yang khawatir tentang makanan selanjutnya mungkin tidak memiliki energi untuk kuis, tetapi mereka mungkin bersemangat ketika diminta untuk membantu membagikan kertas. Di atas segalanya, lindungi martabat mereka. Jika seorang siswa membutuhkan pakaian bersih, perlengkapan, atau makanan ringan, dan Anda bisa membantu, tawarkan secara tenang, hormat, dan tanpa kemeriahan. Biarkan mereka dan keluarga mereka memutuskan apa yang akan dibagikan tentang kehidupan mereka, jika ada, dengan orang lain.

Untuk orang tua saat berbicara dengan anak Anda tentang teman sekelas yang sedang dalam kesulitan: Anak-anak memperhatikan lebih dari yang kita sadari. Mereka mungkin menyadari seorang teman memakai pakaian yang sama setiap hari atau tidak pernah mengadakan acara bermain di rumah. Jangan abaikan rasa ingin tahu mereka; gunakan itu untuk mengajarkan empati. Tunjukkan kasih sayang dan gunakan bahasa yang bijaksana. Ajukan pertanyaan tentang pengamatan anak Anda. Dorong kebaikan dan inklusi, sambil menghindari asumsi yang dapat menimbulkan konsekuensi yang tidak diinginkan. Jika anak Anda ingin membantu, sarankan gerakan kecil—seperti catatan baik atau menanyakan kabar saat istirahat—untuk membantu membangun empati dan membiarkan setiap anak tahu bahwa mereka penting. Jika keluarga Anda ingin mendukung lebih luas, hubungi penyedia layanan tunawisma lokal atau organisasi nirlaba untuk mencari peluang.

Dari pekerjaan saya, saya juga belajar banyak dari anak-anak itu sendiri. Mereka memperhatikan segalanya. Ketika orang dewasa merendahkan suara mereka atau mengalihkan pandangan. Ketika mereka dikasihani atau diabaikan. Tetapi mereka juga merasakan secara mendalam ketika mereka disambut tanpa syarat. Ketika seseorang mengingat nama mereka atau melihat mereka lebih dari sekadar keadaan mereka. Bayangkan kelas dan komunitas di mana anak-anak tidak perlu berpura-pura. Di mana mereka aman, dikenal, dan bebas menjadi diri mereka sendiri. Anak-anak tanpa tempat tinggal membutuhkan hal yang sama seperti anak lainnya: cinta, rutinitas, keamanan, rasa memiliki, dan orang dewasa yang percaya pada mereka. Meskipun anak-anak saat ini merupakan 20% dari orang yang kami layani, mereka mewakili 100% dari masa depan kita. Jika kita ingin setiap anak berkembang, kita harus membangun dunia di mana stabilitas dan rasa memiliki tidak ditentukan oleh status perumahan.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url
sr7themes.eu.org