Kepala Sekolah Afrika: Fokus Kepemimpinan Instruksional Tingkatkan Belajar
Halo para pendidik dan pegiat pendidikan! Pernahkah terpikir, mengapa banyak kepala sekolah masih sibuk dengan urusan administrasi, padahal fokus utama seharusnya adalah kualitas pembelajaran? Laporan "Spotlight" terbaru di Afrika menyoroti pentingnya perubahan ini. Laporan yang diluncurkan oleh African Union, African Center for School Leadership, dan GEM Report ini menekankan bahwa untuk mengatasi rendahnya tingkat belajar di benua Afrika, para kepala sekolah dan pejabat dinas pendidikan perlu menggeser prioritas. Bukan lagi sekadar mengurus administrasi, melainkan memimpin secara instruksional untuk meningkatkan hasil belajar dasar.
Penelitian untuk laporan ini cukup komprehensif, melibatkan survei terhadap kepala sekolah dan perwakilan orang tua di sekitar 300 sekolah dasar. Tak hanya itu, wawancara dengan otoritas pendidikan setempat di lima negara fokus—Kamerun, Pantai Gading, Kenya, Maroko, dan Zimbabwe—juga menjadi bagian penting. Analisis mendalam juga dilakukan pada kebijakan kepemimpinan sekolah di negara bagian Kaduna, Nigeria, dan di Rwanda. Data ini diperkaya dengan studi kasus dari berbagai negara lain yang membahas kebijakan bahasa pengantar, hasil belajar, pembiayaan pendidikan prasekolah, desentralisasi, dan program makanan sekolah.
Sayangnya, data menunjukkan bahwa tingkat belajar di Afrika jauh lebih rendah dari yang diperkirakan sebelumnya. Sekitar 44 juta anak dan remaja tidak bersekolah, dan data ini pun masih belum lengkap. Bahkan bagi yang bersekolah, hasilnya mengkhawatirkan. Analisis terbaru mengungkapkan bahwa hanya 1 dari 10 anak yang mencapai tingkat kemahiran minimum di akhir sekolah dasar, padahal ini krusial untuk melanjutkan pendidikan mereka. Sebagai contoh, studi Early Grade Reading Assessment menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas 3 di Kongo, Nigeria, dan Zambia tidak bisa membaca satu kata pun.
Pentingnya Kepemimpinan Instruksional di Sekolah
Laporan ini menegaskan bahwa kepala sekolah adalah faktor pendidikan kunci kedua setelah guru dalam menjelaskan peningkatan pembelajaran. Namun, karena sistem pelaporan yang hierarkis, tugas administratif dan mengajar seringkali lebih diutamakan daripada kegiatan kepemimpinan yang lebih krusial, seperti observasi kelas, pemantauan pembelajaran, dan dukungan kepada guru. Bayangkan, kepala sekolah di 14 negara berpenghasilan rendah dan menengah menghabiskan 68% waktu mereka untuk tugas manajerial rutin!
Dukungan dari penasihat pedagogis untuk kepala sekolah pun seringkali terlalu fokus pada disiplin dan administrasi, melewatkan kesempatan untuk memberikan nasihat mengenai pedagogi. Dari lima negara yang diteliti, hanya dua yang memberikan target pembelajaran yang jelas dan terukur kepada pemimpin sistem. Para penasihat pedagogis juga melaporkan bahwa mereka membutuhkan lebih banyak pelatihan tentang diagnostik sekolah, pemilihan materi, penggunaan data, dan mentoring.
Tantangan Kekurangan Sumber Daya dan Pembiayaan
Tantangan ini diperparah oleh kekurangan sumber daya yang kritis. Anggaran pendidikan nasional menurun dari 17,1% pada 2012 menjadi 15% pada 2023. Bantuan pembangunan resmi dalam bentuk hibah juga anjlok lebih dari separuh. Di sekolah, sumber daya untuk pengajaran dan pembelajaran pun sangat minim. Di Kamerun, rata-rata 23 siswa berbagi satu buku teks. Lebih dari separuh negara masih belum mengembangkan buku teks dalam bahasa ibu anak-anak, membuat literasi awal menjadi sulit. Hanya sekitar separuh sekolah dasar negeri yang dianggap 'baik' kondisinya. Dan meskipun 81% negara di Afrika menyediakan makanan sekolah, rata-rata hanya 43% siswa sekolah dasar yang terjangkau.
Langkah-langkah Mendesak untuk Peningkatan
- Investasi dalam profesionalisasi kepala sekolah, dengan meningkatkan mekanisme seleksi, pelatihan, dan dukungan. Saat ini, hanya 35% negara yang memiliki kerangka kerja kompetensi yang baku, dan hanya 19% yang mewajibkan kepala sekolah memiliki pelatihan sebelumnya.
- Kepala sekolah harus menjadi 'champion' pembelajaran, dengan mendelegasikan tugas administrasi dan mengajar agar bisa fokus pada tugas bernilai lebih tinggi yang berkontribusi pada keberhasilan siswa, seperti memantau data dan mengembangkan guru.
- Diperlukan juga pengembangan kapasitas bagi pejabat pendidikan distrik dan penasihat pedagogis untuk memberikan dukungan vital kepada sekolah dengan penekanan pada kepemimpinan instruksional dan penjaminan mutu.
Selain kepemimpinan, laporan ini juga menunjukkan bahwa hanya 20% negara yang memiliki kerangka kerja penilaian nasional yang jelas. Oleh karena itu, negara-negara didorong untuk menggunakan Continental Assessment Framework yang baru dikembangkan oleh African Union dan Association for Educational Assessment in Africa. Kerangka ini dapat membantu mereka membentuk tujuan untuk menghasilkan data pembelajaran yang kuat dan andal.
Ada juga 'policy dashboard' baru di bawah mekanisme pembelajaran sejawat LEARN African Union yang menyertai rekomendasi laporan Spotlight. Dashboard ini menguraikan pendekatan negara-negara anggota terhadap berbagai tantangan kebijakan, mulai dari kurikulum hingga kepemimpinan sekolah, untuk mendorong kolaborasi dan dialog kebijakan tentang pembelajaran dasar. Indikator dalam dashboard mencakup pembaruan kurikulum dan buku teks, materi pembelajaran dalam bahasa ibu, kebijakan dan cakupan makanan sekolah, kerangka kerja penilaian nasional, langkah-langkah dukungan guru, standar dan kebijakan kepemimpinan sekolah, serta sejauh mana pembiayaan eksternal untuk pendidikan secara langsung mendukung pemerintah.