Dampak Shutdown Pemerintah: Mahasiswa Kesulitan Akses Bantuan Keuangan FAFSA
Halo, teman-teman mahasiswa! Pernah dengar soal penutupan atau 'shutdown' pemerintahan federal di Amerika Serikat? Nah, masalah ini ternyata bisa bikin pusing tujuh keliling buat kalian yang lagi berjuang dapetin bantuan keuangan federal, lho. Bayangkan saja, di tengah semangat mengejar pendidikan tinggi, kalian justru harus berjibaku dengan birokrasi yang mendadak melambat, bahkan terhenti, gara-gara para pemimpin di Washington sibuk berdebat soal anggaran negara.
Padahal, formulir Free Application for Federal Student Aid (FAFSA) itu penting banget. Lewat FAFSA ini, kalian bisa ditentukan eligibility-nya untuk berbagai bantuan, seperti Pell Grant yang sangat membantu, atau Cal Grant jika kalian di California. Sayangnya, upaya Kementerian Pendidikan AS untuk meluncurkan FAFSA lebih awal tahun ini jadi kurang optimal karena banyak staf, termasuk yang mengurusi FAFSA, terpaksa dirumahkan akibat shutdown. Meski situsnya bilang FAFSA tetap bisa diajukan, jangan kaget kalau respons pertanyaan jadi lama. Proses yang sudah ribet ini jadi makin makan waktu dan menguras energi.
Salah satu rintangan besar yang sering muncul adalah proses verifikasi pendapatan. Ini tahap di mana kampus memverifikasi keakuratan data yang kalian masukkan di FAFSA. Untuk melengkapinya, kalian biasanya diminta dokumen seperti transkrip pajak, W-2, dan dokumen pribadi lainnya. Nah, selama proses verifikasi ini belum beres, kalian belum bisa terima bantuan keuangan federal apa pun. Kebayang kan, betapa krusialnya tahap ini?
Kita bisa belajar dari pengalaman shutdown di tahun 2019. Banyak mahasiswa di California mengalami penundaan parah dalam verifikasi. Kantor pajak (IRS) yang juga tutup bikin mahasiswa kesulitan banget dapetin transkrip pajak mereka. Beberapa bahkan harus nunggu sampai dua atau tiga bulan, bahkan ditambah 34 hari lagi buat ngumpulin semua dokumen. Akibatnya fatal, ada mahasiswa yang masuk semester kedua tanpa pegangan bantuan federal sama sekali. Bayangkan, biaya buku, kos, dan kebutuhan lain jadi terhambat!
Bahkan, ada cerita kalau mahasiswa jadi lebih berhati-hati dalam menggunakan dana bantuan mereka, sampai-sampai menyisihkan untuk jaga-jaga kalau ada shutdown lagi di masa depan. Ini tentu membatasi mereka dalam memenuhi kebutuhan pendidikan yang seharusnya dicover oleh bantuan tersebut. Padahal, banyak mahasiswa sudah kesulitan mengakses bantuan ini karena kurang informasi atau baru memutuskan kuliah mepet waktu.
Semoga para pembuat kebijakan di Washington bisa sadar bahwa penutupan pemerintah ini bukan cuma soal angka di atas kertas, tapi berdampak langsung pada kelangsungan pendidikan mahasiswa paling rentan. Bantuan keuangan bukan cuma soal uang, tapi juga kunci keberlanjutan studi dan kesuksesan mereka di masa depan. Yuk, kita doakan agar masalah ini cepat beres!