Perubahan Iklim: Dampak pada Anak & Peran Vital Pengasuh
Perubahan iklim bukan lagi sekadar isu di berita, tapi sudah menjadi kenyataan yang kita rasakan langsung, bahkan di depan mata anak-anak kita. Badai dahsyat, gelombang panas ekstrem, kebakaran hutan, sampai gempa bumi dan banjir, semua ini makin sering terjadi. Nah, siapa yang paling rentan terdampak? Ternyata, anak-anak dan para pengasuh mereka.
Hailey Gibbs, seorang pakar kebijakan anak usia dini, menjelaskan bahwa dampak perubahan iklim ini sangat serius. Sayangnya, masih sedikit sekali dukungan untuk para pendidik dan pengasuh anak agar bisa melindungi kesehatan mereka dari ancaman ini. Padahal, survei menunjukkan lebih dari separuh orang tua dan penyedia layanan anak usia dini pernah mengalami kejadian cuaca ekstrem dalam dua tahun terakhir, dan dampaknya terlihat jelas pada kesehatan fisik serta mental anak.
Bayangkan, anak-anak kecil sering menghabiskan waktu di luar ruangan. Ketika suhu terlalu panas atau kualitas udara buruk akibat kebakaran, waktu bermain mereka jadi berkurang. Ini bukan hanya soal kesenangan, tapi juga bisa mengubah cara mereka berinteraksi dengan alam dan mengurangi kesempatan belajar mereka.
Bagaimana Perubahan Iklim Memengaruhi Anak?
Anak-anak sangat rentan, lho. Ada beberapa alasannya:
- Fisik: Tubuh mungil mereka lebih sulit mengatur suhu saat panas ekstrem. Mereka juga bernapas lebih cepat, sehingga lebih banyak menghirup udara yang mungkin tercemar. Dalam situasi darurat, mereka sepenuhnya bergantung pada orang dewasa untuk keselamatan, pakaian, dan hidrasi.
- Psikis dan Emosional: Bencana alam bisa meninggalkan trauma mendalam. Anak-anak cenderung meniru kecemasan yang dirasakan orang dewasa di sekitar mereka. Gangguan rutinitas akibat sekolah atau tempat penitipan anak tutup juga bisa mengganggu rasa aman dan nyaman mereka. Contohnya, seorang anak yang mengalami badai bisa jadi sering tantrum, susah tidur, atau mengompol.
- Peluang Belajar: Ketika fasilitas pendidikan tutup lama, anak-anak kehilangan momen penting untuk belajar dan berinteraksi sosial. Ini bisa menghambat perkembangan mereka.
Tantangan untuk Para Pengasuh dan Pendidik
Para pendidik anak usia dini, yang seringkali punya gaji minim, juga ikut terbebani. Ketika rumah atau pekerjaan mereka hancur akibat bencana, mereka kesulitan untuk pulih karena minimnya sumber daya. Ini adalah beban besar bagi sektor yang sebenarnya sudah rentan.
Lalu, Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Gibbs menyarankan agar kita semua, mulai dari pemerintah sampai masyarakat, lebih proaktif. Jangan hanya bereaksi setelah bencana terjadi. Kita perlu:
- Investasi Publik: Memperbanyak investasi di berbagai tingkat (pusat, provinsi, daerah) untuk ketahanan iklim dan respons darurat.
- Integrasi Kebijakan: Memasukkan elemen ketahanan iklim dan respons darurat ke dalam struktur pemerintahan.
- Melibatkan Komunitas: Mengajak semua pihak, termasuk orang tua, kakek-nenek, pengusaha, dan tokoh masyarakat, untuk bersama-sama mengatasi isu ini.
Intinya, kita harus punya rencana dan investasi yang matang untuk mendukung para pendidik dan pengasuh. Mereka adalah "perekat" yang menyatukan keluarga-keluarga rentan, dan peran mereka sangat krusial dalam menghadapi tantangan perubahan iklim ini.