Workforce Pell: Kunci Sukses Karir dengan Dukungan Tepat
Pernah dengar soal "Workforce Pell"? Ini lho, bantuan dana federal yang sebentar lagi bakal tersedia buat kamu yang pengen kuliah atau ikut pelatihan singkat tapi langsung siap kerja. Tujuannya jelas, biar makin banyak orang kayak Mbak Megan Cutright dari Ohio bisa dapat pekerjaan yang bagus. Mbak Megan ini, setelah kehilangan pekerjaannya waktu pandemi, berhasil nemu jalur karir baru di bidang radiologi berkat dukungan dari kampus komunitasnya.
Nah, mulai musim panas nanti, program Workforce Pell ini akan membuka jalan bagi banyak mahasiswa lain. Dana federal ini bisa dipakai buat program pendidikan dan pelatihan yang fokus ke karir, durasinya cuma antara 8 sampai 15 minggu saja. Kedengarannya menjanjikan, kan? Anggota kongres yang mengadvokasi ini bilang kalau Workforce Pell bisa jadi jembatan menuju "pekerjaan bergaji baik."
Tapi, ada tapinya nih. Program ini baru bisa sukses dan ngasih hasil maksimal kalau negara bagian dan kampus-kampus beneran mikirin dukungan apa saja yang dibutuhkan mahasiswanya. Membayar biaya program itu penting, tapi belum cukup. Mahasiswa juga butuh pendampingan dan layanan menyeluruh, persis kayak yang didapat Mbak Megan di Lorain County Community College. Di sana, programnya pakai model yang disebut ASAP (Accelerated Study in Associate Programs), di mana setiap mahasiswa dapat pembimbing karir pribadi.
Pengalaman Mbak Megan jelas nunjukkin betapa berharganya pendampingan itu. Pembimbingnya membantu dari awal banget, mulai dari cari tahu program yang cocok sampai ngurusin semua keperluan pendaftarannya. Hasilnya, Mbak Megan bisa dapat pekerjaan asisten di bagian radiologi rumah sakit setempat. Ini bukti bahwa dukungan yang tepat, seperti penasihat karir yang berbasis bukti, memang sangat bermanfaat.
Supaya Workforce Pell ini juga efektif, kita bisa belajar dari kesuksesan model ASAP. Ada tiga langkah penting: pertama, coba-coba apa yang paling berhasil (eksperimen); kedua, kumpulin dan ikuti datanya dengan cermat; dan ketiga, pastikan kampus-kampus saling belajar satu sama lain buat menerapkan apa yang terbukti berhasil. Model ASAP sendiri awalnya diuji oleh City University of New York (CUNY) bareng peneliti dari MDRC, dan hasilnya luar biasa: angka kelulusan mahasiswa meningkat dua kali lipat!
Jadi, penting banget buat program Workforce Pell ini menyediakan layanan dukungan kayak pembimbing karir. Ini membantu mahasiswa ngerti bagaimana menapaki jenjang karir, juga gimana memanfaatkan kualifikasi tambahan untuk meningkatkan potensi penghasilan. Misalnya, program teknisi flebotomi mungkin populer, tapi tanpa pelatihan tambahan, gajinya bisa jadi biasa aja. Beda dengan IT atau pengelasan, yang bisa terus ningkatin pendapatan kalau kamu terus belajar dan ambil sertifikasi lanjutan.
Selain itu, pemerintah daerah juga harus mulai ngumpulin data buat program-program non-kredit. Beberapa negara bagian kayak Iowa, Louisiana, dan Virginia udah bagus dalam menghubungkan sistem pendidikan dan tenaga kerja mereka. Pastinya, layanan dukungan dan sistem data ini butuh biaya. Untungnya, Workforce Pell akan bawa dana baru ke negara bagian dan kampus. Organisasi filantropi juga bisa ikut bantu membiayai eksperimen untuk mencari tahu model dukungan terbaik.
Intinya, semangat belajar dan berbagi ilmu tentang apa yang berhasil atau tidak, itu kunci utama kesuksesan jangka panjang Workforce Pell. Kalau kita semua mau belajar dari pengalaman dan terus berinovasi, program ini bukan cuma sekadar bantuan dana, tapi bisa jadi jembatan nyata menuju karir yang lebih cerah buat banyak orang.