Pendidikan Anak Perempuan: Tantangan 30 Tahun Pasca Deklarasi Beijing

Anak perempuan dari berbagai latar belakang, beberapa belajar dengan ceria, lainnya merenung tentang tantangan akses pendidikan global.

Halo teman-teman! Masih ingatkah dengan Deklarasi dan Platform Aksi Beijing tahun 1995? Waktu itu, dunia punya mimpi besar: perempuan bisa ikut serta secara penuh dan setara dalam segala aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Nah, sekarang sudah tiga puluh tahun berlalu, banyak hal yang sudah tercapai, tapi data terbaru dari UNESCO menunjukkan kalau pekerjaan kita masih banyak, lho!

Sejak tahun 1995, upaya untuk mencapai kesetaraan gender dalam pendidikan anak perempuan memang menunjukkan hasil yang manis. Sekarang, jumlah anak perempuan yang masuk sekolah dasar, menengah pertama, hingga menengah atas sudah setara dengan anak laki-laki. Bayangkan, ada 91 juta anak perempuan lebih banyak di pendidikan dasar dan 136 juta lebih banyak di pendidikan menengah dibanding tiga dekade lalu. Bahkan, jumlah perempuan yang kuliah juga meningkat tiga kali lipat! Ini semua berkat kerja keras kita bersama untuk menghilangkan hambatan dan membuka lebih banyak kesempatan.

Tapi, jangan senang dulu. Faktanya, masih ada 133 juta anak perempuan yang belum bisa menikmati bangku sekolah. Angka anak perempuan putus sekolah ini masih jadi PR besar. Kemajuannya juga beda-beda di setiap wilayah. Asia Tengah dan Selatan sudah lumayan berhasil mencapai kesetaraan di tingkat menengah, tapi di Afrika Sub-Sahara, kondisinya masih jauh tertinggal. Bahkan, di Oceania, yang tadinya setara, sekarang justru anak perempuan jadi kurang beruntung. Di Amerika Latin dan Karibia, justru anak laki-laki yang kurang punya kesempatan untuk melanjutkan ke pendidikan menengah. Apalagi kalau kemiskinan dan lokasi yang sulit jadi masalah, tantangan kesetaraan gender ini makin berat, seperti di Guinea dan Mali, di mana hampir tidak ada perempuan muda dari keluarga miskin yang bisa sekolah.

Pendidikan bukan cuma soal datang ke sekolah, tapi juga tentang transformasi sistem. Deklarasi Beijing dulu juga menuntut perubahan mendasar. Sayangnya, ini belum merata. Contohnya, pendidikan seksualitas yang penting banget itu, baru diwajibkan di sekitar dua pertiga negara di tingkat SD dan tiga perempat di tingkat SMP. Ini berarti banyak anak muda yang kehilangan pengetahuan dan keterampilan vital. Buku pelajaran juga seringkali masih memperkuat stereotip lama, bukannya menantang mereka. Dan meskipun mayoritas guru itu perempuan, mereka masih jarang menduduki posisi kepemimpinan, lho. Cuma 30% pemimpin di pendidikan tinggi global yang perempuan. Kesenjangan sistemik ini bikin janji investasi pendidikan sebagai kekuatan nyata untuk kesetaraan jadi sedikit melemah.

Jadi, kenapa sih penting banget untuk terus berinvestasi di pendidikan anak perempuan? Banyak banget manfaatnya! Misalnya, pendidikan menengah yang merata bisa hampir mengakhiri pernikahan anak, mengurangi angka kehamilan dini sampai tiga perempat, dan menurunkan angka kematian anak balita sampai sepertiga. Perempuan yang berpendidikan tinggi bahkan bisa menghasilkan pendapatan lima kali lipat lebih banyak dibanding yang tidak, ini bisa mengangkat seluruh keluarga dari kemiskinan. Manfaatnya itu menular ke generasi berikutnya dan perekonomian, seperti yang dibahas di laporan UNESCO tahun 2024, "The price of inaction."

Maka dari itu, yuk kita perbarui komitmen kita! Deklarasi Beijing memang pencapaian penting, tapi kemajuan sejati butuh lebih dari sekadar target, kita butuk perubahan yang berkelanjutan. Pemerintah harus bertindak untuk memastikan kurikulum, pengajaran, dan bimbingan yang sensitif gender, serta memperkuat jalur bagi peran perempuan di kepemimpinan pendidikan. Penting juga untuk memperluas pendidikan seksualitas, melindungi pelajar dari kekerasan di sekolah, dan berinvestasi pada data untuk tindakan yang tepat dan akuntabel.

Urusan pendidikan anak perempuan yang belum tuntas ini bukan cuma soal hak, tapi juga tentang masa depan perempuan, anak-anak mereka, dan seluruh masyarakat. Janji yang dibuat di Beijing masih mungkin terwujud, asalkan kita semua mau mencocokkan bukti dengan tindakan nyata.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url
sr7themes.eu.org