Siswa Berprestasi: Kunci Kolaborasi Guru dan Orang Tua

Guru dan orang tua murid berinteraksi positif dengan seorang anak di sekolah, menunjukkan kolaborasi untuk mendukung pembelajaran.

Pernahkah Anda merasa bahwa menjalin komunikasi dengan orang tua murid itu rumit? Di tengah kesibukan mengajar, kita sering mendengar keluhan tentang minimnya partisipasi orang tua atau sulitnya mendapat respons. Namun, bagaimana jika kita mengubah perspektif? Sebenarnya, banyak keluarga sudah berada di pihak kita, para pendidik. Ketika kita menyadari hal ini dan mengajak mereka berkolaborasi, suasana belajar di kelas akan menjadi lebih baik untuk semua.

Memahami Peran Orang Tua Sebagai Sekutu

Seringkali ada narasi yang kurang tepat tentang keluarga murid: jarang datang ke acara sekolah, tidak mengangkat telepon, atau hanya menghubungi saat anak bermasalah. Padahal, pengalaman di lapangan menunjukkan sebaliknya. Ketika guru menghubungi, banyak orang tua siap membantu. Mereka ingin apa yang kita inginkan: lingkungan yang aman, fokus, dan kondusif agar anak-anak mereka bisa belajar dengan baik.

Dukungan orang tua tidak selalu berbentuk kehadiran di rapat atau menjadi sukarelawan di siang hari. Bentuknya bisa bermacam-macam. Misalnya, balasan email yang sabar, mengirimkan sekotak pensil saat persediaan menipis di tengah tahun ajaran, atau memilih nada bicara yang tenang meski sedang frustrasi. Bahkan, interaksi di grup chat WhatsApp yang membantu meluruskan informasi atau mengingatkan anak-anak untuk mendengarkan guru, itu semua adalah bentuk dukungan yang mengubah suasana.

Terkadang, orang tua juga masih belajar bagaimana cara terbaik mendukung anak di rumah. Beberapa mungkin sibuk dengan dua pekerjaan, atau pengalaman sekolah mereka dulu tidak terlalu positif sehingga khawatir melakukan kesalahan pada anak sendiri. Jika Anda pernah membantu anak mengerjakan PR dan merasa kesabaran menipis, Anda tahu bagaimana cinta bisa berbenturan dengan frustrasi. Mengajar itu butuh kerja sama banyak pihak, dan keluarga adalah bagian penting dari 'desa' tersebut. Tugas kita bukan hanya melihat anak, tetapi juga seringkali melihat dan memahami orang tua mereka.

Membangun Jembatan Kemitraan yang Efektif

Mengubah pola pikir dari 'lawan' menjadi 'sekutu' berarti kita melihat di mana posisi mereka berdiri bersama kita. Mereka mungkin tidak bisa hadir di sekolah setiap hari, tapi mereka ada di balik layar, mendukung anak-anak, dan mengingatkan bahwa guru juga manusia. Ketika kita merangkul mereka sebagai mitra, kita akan menemukan bahwa mereka telah bersama kita selama ini.

Ketika anak-anak merasakan kesatuan antara orang tua dan guru, mereka merasa lebih aman, lebih tenang, dan lebih berani mengambil risiko yang diperlukan untuk belajar yang sesungguhnya. Ini berarti melibatkan keluarga dalam setiap aspek pembelajaran, bukan hanya sebagai tamu sesekali, tapi sebagai mitra yang terus-menerus. Ketika orang tua merasa dihargai, anak-anak juga merasa dihargai. Ketika keluarga merasa diterima, siswa tahu mereka memiliki tempat. Rasa koneksi inilah yang memungkinkan anak-anak pulih dari kesalahan, percaya pada proses belajar, dan berkembang.

Ada satu pengalaman yang selalu saya ingat. Di awal tahun ajaran, saya menelepon seorang ibu untuk memperkenalkan diri sebagai guru baru anaknya. Beberapa bulan kemudian, saya menelepon lagi untuk memberitahu bahwa putranya menggunakan kata-kata tidak pantas di kelas. Ibu itu langsung meminta anaknya bicara dengan saya. Saya keluar sebentar dan mendengarkan beliau memberikan teguran tegas. Setelah itu, ia berkata, “Anda tidak akan punya masalah lagi, Bu Guru. Kalau ada, telepon saja saya.”

Mungkin kata-kata yang digunakan sang ibu tidak ideal, dan tentu saja saya ingin melihatnya di rapat komite sekolah. Namun, saya tahu apa yang diberikannya kepada saya dan anaknya saat itu: kejelasan dan dukungan. Ia menggunakan caranya untuk mendukung saya dan menetapkan batas bagi anaknya. Komentar positif di media sosial, email yang sabar, pensil tambahan, atau panggilan telepon yang mengubah minggu seorang anak. Ini semua bukan sekadar kebaikan biasa. Ini adalah tanda cerita yang lebih benar.

Orang tua bukanlah musuh guru. Kebanyakan dari mereka adalah sekutu kita—kadang vokal, kadang tenang, selalu manusia. Ketika kita menyambut mereka apa adanya dan mempermudah mereka untuk mendukung kita, semua orang di ruang kelas akan merasakan manfaatnya.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url
sr7themes.eu.org