Dampak Kelaparan pada Siswa di California: Ancaman Pendidikan
Hai teman-teman, pernahkah kamu membayangkan sulitnya belajar kalau perut keroncongan? Sayangnya, ini adalah kenyataan pahit yang dihadapi banyak siswa dan mahasiswa di California. Masalah kelaparan dan kesulitan ekonomi ternyata berdampak besar pada dunia pendidikan, lho!
Tahun ini, banyak keluarga di California merasakan tekanan yang luar biasa. Harga sewa rumah dan bahan makanan yang terus naik bikin pusing. Rosalba Ortega, seorang pekerja pertanian, bercerita bagaimana keluarganya, terutama dua cucunya yang masih kecil, harus berhemat makanan dan kadang terpaksa mengandalkan bantuan dari tempat penampungan atau gereja. Ini bukan hanya cerita Ortega; sekitar 3 dari 10 warga California, bahkan setengah dari mereka yang berpenghasilan rendah, mengaku harus mengurangi porsi makan atau berhemat makanan demi menabung.
Para ahli bilang, masalah kelaparan dan tekanan ekonomi ini bisa banget memengaruhi performa akademik siswa. Anak-anak jadi sulit fokus di sekolah kalau mereka lapar, dan ini bisa berlanjut sampai ke jenjang kuliah. Martin Caraher, seorang pakar kebijakan pangan, menjelaskan kalau manfaat program bantuan pangan seperti SNAP (CalFresh di California) habis di tengah bulan, keluarga cenderung beralih ke makanan olahan yang kurang gizi. Dampaknya? Bisa terlihat dari perilaku dan hasil belajar mereka di sekolah.
Potongan Bantuan Federal Bikin Kondisi Makin Berat
Situasinya semakin rumit dengan adanya pemotongan anggaran federal untuk program SNAP dan Medicaid (Medi-Cal di California). Artinya, siswa dan keluarga berpenghasilan rendah di California mungkin akan merasakan berkurangnya atau bahkan hilangnya dukungan makanan dan layanan kesehatan yang selama ini sangat membantu. Natalie Wheatfall-Lum dari EdTrust-West menegaskan bahwa apa yang terjadi di luar sekolah punya pengaruh besar pada kemampuan anak untuk belajar di sekolah. Pemerintah negara bagian perlu memastikan program-program yang mendukung siswa rentan ini tetap berjalan.
Anak-anak Kecil dan Mahasiswa Paling Terdampak
Data menunjukkan bahwa keluarga dengan anak di bawah enam tahun adalah kelompok yang paling terpukul. Hampir 3 dari 4 keluarga ini kesulitan memenuhi satu atau lebih kebutuhan dasar seperti listrik, perumahan, makanan, perawatan kesehatan, dan penitipan anak. Philip Fisher, direktur Stanford Center on Early Childhood, menyoroti bahwa kesulitan ekonomi ini berujung pada stres orang tua, yang kemudian memengaruhi anak-anak. Semasa pandemi, program bantuan seperti Child Tax Credit dan peningkatan manfaat SNAP sangat membantu, namun setelah itu berakhir, kesulitan kembali meningkat.
Tidak hanya siswa K-12, mahasiswa pun ikut merasakan dampaknya. Beda dengan siswa sekolah yang dapat sarapan dan makan siang gratis, mahasiswa tidak punya jaminan makanan. Danielle Muñoz-Channel, direktur pusat Kebutuhan Dasar di Long Beach State, melihat banyak mahasiswa datang bukan karena krisis spesifik, tapi karena tekanan gabungan dari biaya sewa, listrik, dan makanan yang melonjak. Mereka tidak bisa lagi "cukup" dengan penghasilan yang ada. Kekhawatiran terbesarnya adalah bagaimana ini akan memengaruhi siswa paling membutuhkan yang menggunakan pendidikan tinggi sebagai jalan keluar dari lingkaran kemiskinan antargenerasi.
Jadi, penting banget nih bagi kita semua untuk menyadari bahwa masalah kelaparan dan kebutuhan dasar ini bukan cuma soal perut kenyang, tapi juga soal masa depan pendidikan anak-anak kita. Semoga ada solusi terbaik untuk mereka, ya!